EKSPRESI
PENYAIR DALAM PUISI REMAJA DAN ANAK-ANAK
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Puisi adalah media yang pas untuk mengungkapkan
gagasan dan jati diri. Melalui puisi, remaja dan anak-anak dapat belajar banyak
hal, misalnya, belajar menuangkan ide atau gagasan secara padat dan teratur.
Remaja dan anak-anak merupakan bagian dari masyarakat besar kita. Mereka juga
mempunyai banyak hal yang ingin disampaikan dan perlu didengar serta dipahami.
Anak-anak secara psikologis sering diibaratkan lembaran kertas yang putih
bersih tanpa noda. Hal ini biasanya akan terlihat dalam puisi yang ditulis
mereka. Puisi remaja dan anak-anak, jelas bukan hanya karena penulisnya remaja
dan anak-anak tetapi juga karena masalah yang digelutinya khas. Mereka ingin
menceritakan pengalamannya.
Pengalaman yang diutarakan
juga dialami banyak orang. Mungkin bedanya ada pada cara menerima dan
mengatakannya. Para penulisnya masih belajar dan mencari bentuk. Sama dalam
kehidupan itu sendiri, mereka masih berkembang dan berjuang, sadar atau tidak
sadar mencari diriya sendiri.
Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk
memaparkan karakteristik dari puisi remaja dan anak-anak, baik dari segi
bahasa, bentuk maupun isi. Selain itu, juga untuk memaparkan keunikan ekspresi
yang terdapat dalam puisi remaja dan anak-anak.
Pengertian Pendekatan dan Prosedur Kerja
Pengertian Pendekatan
Untuk
memaparkan karakteristik puisi remaja dan anak-anak, diperlukan suatu alat
yaitu pendekatan. Oleh karena itu dipilih pendekatan analitik dan pendekatan
ekspresif. Menurut Abrams (dalam
Siswanto,2008:189)Pendekatan ekspresif adalah pendekatan dalam kajian sastra
yang menitikberatkan kajiannya pada ekspresi perasaan atau temperamen penulis.
Prosedur Kerja
Adapun
prosedur kerja untuk menganalisis puisi anak-anak dan remaja dengan menggunakan
pendekatan tersebut adalah sebagai berikut :
1.mencari atau menentukan puisi anak dan remaja yang akan dianalisis,
2. menelaah puisi dari segi karakteristik puisi baik bahasa, bentuk dan
bahasa,
3. menyimpulkan hasil analisis.
KARAKERISTIK PUISI
Karakteristik Bahasa
Diksi
Diksi merupakan pemilihan kata untuk mengungkapkan
gagasan (Suroto, 1989 : 112). Pemilihan kata tersebut berpengaruh terhadap
penciptaan puisi. Dalam puisi, orang berbicara dengan kata. Itulah sebabnya
ketepatan dalam memilih dan menggunakan kata sangat berpengaruh besar terhadap makna
dan maksud yang hendak disampaikan serta efek emosional yang diciptakan.
Sebagai contoh adalah dalam cuplikan puisi karya Asep Sembodja, /meski
begitu cintaku selangit padamu/. Dalam puisi remaja, diksi yang digunakan
adalah kata konkret dan kata konotatif. Penerapan kata-kata tersebut dalam
puisi remaja adalah sebagai berikut.
Di bawah ini
adalah penerapan kata konkret dalam puisi remaja
Aku melangkah
Aku melangkah
Dengan debu melekat
Dengan mata sembab
Dengan pedih membias
. . .
(Asih
Suryani,)
Gerimis
Derai gerimis membasahi bumi
Membuat malam itu menjadi kelam
Malam semakin dingin
Sepipun mengiringi
. . .
(Rinawati S)
Penerapan kata
konotatif dalam puisi remaja adalah sebagai berikut :
Renungan
. . .
Pemompa semangat
kehidupanku
Agar dapat
Mencapai awan tepis
mendung
Menggapai nyata lukis
duga
Mengukuir renungan
dibingkai langit
Betapa kita sebesar
debu di matanya
(Elin
S)
Imaji
Pengimajian adalah kata atau susunan kata-kata
yang dapat memperjelas atau memperkonkret apa yang dinyatakan oleh penyair.
Melalui pengimajian, apa yang digambarkan seolah-olah dapat dilihat (visual),
didengar (auditif), atau dirasa (taktil) (waluyo, 2005:10). Puisi remaja
menggunakan imaji yang beragam. Imaji tersebut adalah imaji visual, imaji taktil,
dan imaji auditif. Di bawah ini adalah penerapannya dalam puisi remaja dan
anak-anak.
Penerapan imaji visual dalam puisi remaja adalah sebagai berikut :
Ibu
Melihat seorang ibu menatap
anaknya
Yang sedang menetek
dipangkuannya
Aku menemukan ketenangan
Sorot mata ibuku
(Aidul
Fitri)
Penerapan imaji taktil dalam puisi remaja adalah sebagai berikut :
Brastagi
. . .
Tak dapat kuraih
kembali
Rasa damai yang dulu
hadir
Tak dapat kupeluk lagi
alam indahku
Kamu kian hari kian kurus
(Suciati)
Penerapan imaji auditif dalam puisi remaja adalah sebagai berikut :
Cinta Itu
Langkahku tertunda padamu
Aku terkepung bisu
Angin dan angan
senantiasa mendekap
Begitu dekat jarak
antara kau dan aku
Tapi selalu saja
lepas setiap pandang kita
Sama terkepung labirin
Indah, memang indah
biarpun semu
Bukankah kita nikmati
keindahan itu tanpa kata
(Asep
Sembodja)
Bahasa Kias
Pengiasan disebut juga
simile atau persamaan, karena membandingkan atau menyamakan sesuatu dengan hal
yang lain (Waluyo, 1987:87). Bahasa kias dalam puisi dapat membuat puisi lebih
menarik.
Simile
Simile ialah bahasa kiasan yang mempersamakan satu
hal dengan hal lain dengan menggunakan kata-kata pembanding seperti : seumpama,
bagai, sebagai, bak, laksana, dan kata-kata pembanding yang lain(Pradopo, 1987
: 62). Contoh puisi remaja yang menggunakan majas simile adalah sebagai berikut
:
Daun
dan Air Mata
Guguran daun-daun kering
Bagai airmataku yang
menetes satu persatu
Siapakah yang kan peduli
Daun-daun kering itu
takkan berhenti berjatuhan
Dan airmataku takkan berhenti
meratapi
. . .
(Ary
Andreas)
Mulut Tuan
Mulut perampas hak
Lalu tercibirlah kami
Karena itu mulut kami kecil
Kami laksana patung mulut
tertutup rapat
Dan tak dapat berbicara
. . .
(Falaq)
Personifikasi
Personifikasi atau
pengiasan adalah bahasa kias yang melekatkan sifat-sifat insani pada barang
atau benda yang tidak bernyawa ataupun pada ide yang abstrak (Suroto,1989:116).
Contoh majas personifikasi dalam puisi remaja adalah sebagai berikut :
Untukmu
Malam ini
Angin menghempas, guruh terdengar
Bulan bersembunyi di
balik mega hitam
Seakan tahu bahwa malam
memang kelabu
. .
(Nunik
Rahmawati)
Kehidupan
Angin berdera
membawa sebutir debu
Jatuh di bawah pohon talas
Di kebun pak tani
Dia berucap
Terimakasih Tuhan
Setetes air bening
. . .
(Asep
Sembodja)
Metafora
Metafora adalah bahasa kias perbandingan yang
membandingkan dua hal secara implisit(Suroto, 1989 : 116). Dalam majas metafora
tidak menggunakan kata-kat pembanding, seperti bagai, laksana,, seperti, dan
sebagainya. Penerapan majas metafora tampak dalam puisi di bawah ini.
Sajak Cinta
. . .
Aku manusia jerami
Kapanpun ku kuakkan muara
jadi pelabuhan
Kapal-kapal retak
bergurit nama leluhur kita
Barangkali itulah cintaku
Meledak dalam genggaman
ombak
Ingin kulihat hatimu
tergeletak tuntas
.
. .
(Adi
Wicaksono)
Rangkaian
Kembang di Galau Kampus
. . .
Mereka
kembang-kembang bersuara
Terangkai enam dikaitkan
indah
Manis, menawan
Ragumu tak terbaca
Himpunkan sejuta kumbang
dijeratmu
. .
(Wirdayani
Wahab)
Sarana Retorika
Sarana retorika merupakan
sarana kepuitisan yang berupa muslihat pikiran (Pradopo, 1987:93). Saran
retorika yang muncul pada puisi remaja menimbulkan pertanyaan efek apa yang
timbul dan dimaksud penyair.
Hiperbola
Hiperbola adalah sejenis
sarana retorika yang mengandung pernyataan melebih-lebihkan baik jumlah,
ukuran, ataupun sifatnya dengan tujuan untuk menekankan, memperhebat,
meningkatkan kesan dan pengaruhnya (Suroto, 1989:119). Penerapan secara retorika pada puisi remaja
adalah seperti di bawah ini.
Spektrum
Jemupun pernah
datang menjelang
Menagih janji purba
Yang tak pernah ku tahu
apa maknanya
Masih saja seperti dulu
Langit di ubun-ubun
dunia kutapaki
Mendewasakan nasib
Memburu orang-orang
terkasih
(Jetty
Mustika)
Paralelisme
paralelisme adalah sarana retorika yang berusaha
menyejajarkan pemakaian kata-kata atau frasa yang menduduki fungsi yang sama
dan memilili bentuk gramatikal yang sama. Demikian pula anak-anak kalimat yang bergantung
pada unsur kalimat yang sama haruslah paralel(Suroto, 1989 : 128). Di bawah ini adalah contoh penerapan
bahasa retorika dalam puisi remaja.
Doa III
Tuhan dengarlah
Aku ingin rasa aman
denganMu
Aku ingin persaudaraan
denganMu
Aku ingin Engkau tetap
disisiku
(Endang
Sri Suryanti)
Luka
Luka itu masih
menganga
Luka itu masih berdarah
Luka itu masih bernanah
Luka delapan puluh dua
purnama
Ah!
(Iskandar
Sofian)
Antitesis
Antitesis adalah sarana retorika yang mengandung
gagasan-gagasan yang bertentangan yang dinyatakan dengan kata-kata yang
berlawanan(Suroto, 1989 : 117). Dalam sarana retorika terdapat rasa sesuatu
yang bertukar. Contoh penerapan bahasa retorika antitesis dalam puisi remaja
adalah seperti di bawah ini.
Dalam Sujudku
. . .
Berilah aku kehangatan
dalam dekapanMu
Bukalah pintu buatku
menuju jalan yang lurus
Menuju secerah cahaya suci
dalam kegelapan
Kuharap di sana ayah
ibuku menanti
Dengan wajah berseri-seri
(Sutoyo)
Puisi
Buatmu Sobat
Ada yang tak mampu kulupakan
Tentang dirimu
Tentang kebaikanmu
Engkau adalah suka dukaku
Diam dalam gelapku
Keberadaanmu adalah asa
hidupku
Senyummu adalah wangi mimpiku
. . .
(Adriati)
Karakteristik Bentuk Puisi
Perulangan Bunyi
Rima
Rima adalah persamaan bunyi yang terdapat pada
kata-kata dalam puisi (Suroto, 1989:105). Bunyi yang dimaksud adalah bunyi
bahasa yang terdapat dalam kata-kata pada puisi. Rima diperlukan untuk
membangun unsure musikalitas dalam puisi. Unsure musikalitas tersebut akan
terasa pada saat sebuah puisi dibacakan atau diucapkan. Dalam puisi remaja dan
anak-anak, rima masih banyak nampak walaupun tidak dominant terutama rima
akhir. Berikut ini adalah contoh puisi remaja yang mengutamakan rima untuk
membangun unsur musikalitasnya.
Mandalika
Dari jauh kau nampak biru kelabu
menggores kenangan jingga masa
kecilku
di pantaimu kucari kerang
penyambung hidupku
di rahimmu kutuangkan segala
dukaku
. . .
(Buahergis
Muryono-Surakarta)
Rima yang tampak dalam puisi di atas adalah
vokal /u/ pada setiap akhir baris
sehingga rima yang muncul masuk dalam kategori rima akhir.
Asonansi
Suroto ( 1989 : 107 ) menyatakan bahwa asonansi
adalah rima vocal pada kata. Rima vokal disini dapat diartikan sebagai
pengulangan bunyi vokal,artinya bunyi vokal pada sebuah kata dapat muncul pada
kata yang lain walaupun memiliki susunan konsonan yang berbeda. Contoh dari
asonansi adalah pada kata ‘ berat ‘ dan ‘ ketat ‘.
Dalam puisi remaja dan
anak-anak, asonansi juga muncul walaupun intensitasnya tidak banyak. Hal itu
dikarenakan remaja dan anak-anak tidak begitu memperhatikan hal-hal semacam
itu. Mereka hanya mengekspresikan apa yang mereka rasakan. Di bawah ini adalah
contoh asonansi yang terdapat pada puisi remaja.
Bunda
Permata
. . .
Tak terkejut
memandang
Tak terpeluk
tangan merangkul
. . .
( Y. Hardiana –
tasikmalaya )
Asonansi yang muncul pada
puisi diatas adalah pengulangan vokal / e /, / e /, / dan / u / pada / terkejut
/ dan / terpeluk /.
Onomatope
Onomatope adalah tiruan terhadap bunyi-bunyi yang
ada (Suroto,1989:90). Bunyi-bunyi yang ada diartikan sebagai bunyi yang ada di
alam. Onomatope dipilih oleh penyair dengan harapan akan memberikan gema atau
suasana tertentu. Selain itu, onomatope juga digunakan agar pembaca lebih mudah
memahami makna yang ingin disampaikan serta untuk mewakili bunyi-bunyi alam
seperti suara binatang yang dalam bahasa Indonesia belum ditentukan kata yang
tepat. Dalam puisi remaja dan
anak-anak, onomatope juga muncul walaupun jarang.
Surat Untuk Abah
…………………..
Salahkah
Bila punai tak lagi menciap
Enggang gunung kaku menari
……………………
(Said
Agus Salim-Balikpapan)
Kata /menciap/ pada
puisi di atas mewakili bunyi atau suara dari seekor punai. /menciap/
sama artinya dengan mencicit atau berkicau.
Versifikasi
Irama
Irama merupakan pengulangan tetap dari aksen atau
tekanan pada larik puisi. Irama
sangat berhubungan dengan pengulangan bunyi, kata, frasa, dan kalimat (waluyo,
1987:94). Menurut Waluyo (2005:95), bentuk irama menunjukkan perbedaan pada
tiap angkatan. Bentuk irama puisi pujangga baru berbeda dengan puisi angkatan
45 terutama karya-karya Chairil Anwar. Sedangkan puisi remaja dan anak-anak
cenderung menunjukkan persamaan dengan puisi Chairil Anwar. Di bawah ini adalah
contoh puisi remaja yang menunjukkan irama yang mirip dengan puisi Chairil
Anwar.
Jeritan Sepotong Hati
Sahabatku .................................
..................................................
..................................................
Sahabatku
.........................................
..........................................................
..........................................................
Sahabatku .................................
..................................................
(
Yenly - Tangerang )
Dalam puisi karya Yenly
aksen tetap yang muncul adalah /sahabatku/ yang terletak pada tiap larik
pertama di setiap baitnya. Hal itu sama dengan kata /tuhanku/ pada puisi
Chairil Anwar yang berjudul ’ doa ’.
Soneta
Soneta adalah bentuk puisi baru yang terdiri atas
empat belas baris dengan susunan kuantrain dan dua sektet (Suroto,1989:56)
serta memiliki pola rima tertentu. Sonata berasal dari Italia dan memiliki
cirri khusus, yaitu terdiri dari empat
belas baris, tersusun atas dua kuantrain dan dua sektet, terdapat bagian sampiran
yang biasanya berupa gambaran alam, dan terbentuk dengan pola rima tertentu.
Oleh karena soneta memiliki ciri dan kriteria
yang cukup rumit, puisi bentuk ini tidak
popular di kalangan remaja dan anak-anak. Hal itu menyebabkan tidak
ditemukannya puisi bentuk soneta pada
puisi remaja dan anak-anak dalam penyusunan makalah.
Stanza
Menurut Suroto, ( 1989 :
56 ) stanza adalah bentuk puisi baru yang terdiri atas delapan baris dalam tiap
bait. Puisi dalam bentuk stanza ini merupakan salah satu bentuk akulturasi
kebudayaan Eropa yang masuk ke Indonesia pada zaman kolonial. Bentuk ini muncul
pada puisi-puisi pujangga baru. Remaja dan anak-anak yang memiliki jiwa
pemberontak tidak banyak mengadopsi bentuk puisi yang satu ini. Kalupun ada
puisi tersebut tidak benar-benar memenuhi kriteria puisi bentuk stanza. Berikut
adalah contoh dari puisi remaja yang berbentuk stanza.
Siapa
Siapa yang menulis rahasia
bungan kalau bukan
tangan Ibu ?
Siapa yang menulis rahasia
senapan kalau bukan
tangan Bapak ?
terpetiklah harum mawar
dan bubuk mesiu
di sepanjang jalan rahasia
anak
tapi anak-anak lebih suka
memilih duri dan peluru
lalu menanamnya di daging
Ibu di daging Bapak
(Rammy
Novaris DM - Jakarta)
Bentuk Bebas
Bentuk bebas disini berarti penataan larik yang
keluar dari aturan konvensional, seperti bentuk sektet, kuantrain, dan stanza
maupun penataan larik yang dalam satu
larik dapat dipecah menjadi dua frasa. Bentuk konvensional semacam itu sudah tidak
lagi muncul pada puisi remaja dan anak-anak.
Pada puisi remaja dan anak-anak,
larik tidak ditata sedemikian rupa sehingga dalam satu puisi terdapat bait yang berisi dua baris,
tiga baris bahkan lima baris bercampur menjadi satu. Oleh karena itulah dapat dikatakan bahwa puisi
remaja dan anak-anak memiliki bentuk bebas. Berikut ini adalah contoh puisi
remaja yang memiliki bentuk bebas.
Kepada Ibu
Dalam galau batin ini,bu
ada sejumput kangen
tuk benamkan diri dalam lembut
dekapmu
Dalam galau batin ini, bu
ada
selintas kenangan
masa
kau alunkan tembang penghantar
pulasku
. . .
(Eka
Shanti - Denpasar)
Puisi tersebut menunjukkan
kebebasan bentuk. Hal itu dapat diketahui dari jumlah baris pada tiap bait yang
berbeda. Selain itu, tiap baris tdak berisi dua frasa, contohnya pada bait
pertama baris kedua hanya terdiri dari satu frasa /ada sejumput kangen/.
Karakteristik Isi
Tema
Pada puisi remaja lebih banyak bertemakan kasih
sayang, persahabatan, cinta kasih, pengalaman, dan cita-cita. Tema seperti itu
merupakan gambaran dari apa yang ada dalam kehidupan sehari-hari remaja. Cinta
kasih dan kasih sayang tersebut bagi rremaja bukan hanya untuk kekasih namun
juga untuk orang tua. Remaja menggunakan media puisi untuk meuangkan
perasaannya secara langsung. Contoh puisi remaja yang bertemakan cinta kasih
Rindu
Rindu hati ini...
Seakan tak beruap
Semakin hari semakin menggetarkan
......................................................
(Mop Kartika - Jakarta)
Amanat
Di dalam puisi remaja yang
kita ketahui jarang ada puisi yang mengandung amanat. Meskipun ada amanatnya
namun amanat dalam puisi remaja berkisar tentang ucapan syukur terhadap Tuhan
YME, rasa sayang kita kepada orang tua, rasa sayang kita kepada kekasih, dan
lain-lain.
Di bawah ini contoh puisi yang beramanat ucapan syukur kepada Tuhan
Ucapan Syukur
Terima kasih Tuhan
Untuk burung yang berkicau di
pepohonan
Memuji kebesaranmu
Untuk bunga yang merekah
Dan untuk embun yang bersinar di
atasnya
..................................................................
(Yohanna Elisabeth N. Jakarta)
Contoh puisi yang bertemakan rasa cinta kita kepada orang tua :
Aku dan Bunda
Ada rindu
Di sini
Untukmu bunda
Ada haru
Ada pula tangis
........................
(Ela D-Jakarta).
Amanat yang dapat diambil dari kutipan puisi
tersebut adalah kita seharusnya menyayangi orang tua kita khususnya ibu kita.
Nada atau Suasana
Nada atau yang dtampilkan
di dalam puisi remaja sangat beragam. Misalnya saja suasana yang mengharukan,
bahagia, marah, dll. Karena kita ketahui bahwa puisi remaja banyak yang
bertemakan kasih sayang, persahabatan, pengalaman, dll.
Contoh puisi dengan suasana sedih
Sajak Duka
Lihat bulan itu, bang cuma
sebaris
Ku terpaku memandangnya
Lihat hatiku bang teriris-iris
Melihat kau bermesraan dengannya
.................................................
(Ma’atul Aliyah - Malang)
Contoh puisi dengan suasana bahagia
Serumpun
Melati dari Taman Hati
Mama,
Melati di taman hatiku telah
mekar
Menyebarkan semerbak aroma
Warisan puan
Oleh siraman embun kelembutanmu
...........................................................
(NieNie - Medan)
UNGKAPAN JIWA PENYAIR DALAM PUISI REMAJA DAN ANAK-ANAK
Puisi adalah pengalaman serta mentransformasikan
pengalaman dan menyajikannya secara menyeluruh (Sarumpaet,2002:100). Dalam
puisi remaja dan anak-anak, emosi merupakan unsur yang mendasari puisi. Emosi
yang sedemikian banyaknya, seperti benci, cemburu, malu dan seterusnya, pada
umumnya diikuti oleh sensasi misalnya kebencian yang tampil dalam kata-kata
atau dalam ekspresi muka dan gestur tertentu yang menggambarkan keseluruhan
hidup manusia.
Emosi dan pikiran yang dituangkan dalam puisi
remaja dan anak-anak merupakan ekspresi yang imajinatif, yang dapat
mengharukan, menyedihkan, menyenangkan, dan sebagainya. Puisi remaja dan
anak-anak merupakan refleksi dari pengalaman sehari-hari yang mewakili pikiran
dan perasaan. Pengalaman yang dialamipun beragam dari yang sederhana hingga
kompleks. Untuk remaja pengalaman yang dialami serta emosi yang dirasakan
semakin beragam, sebab paada tahap ini remaja sedang mengalami perubahan baik
secara fisik maupun mental. Penyair remaja berada pada masa-masa transisi dan
pencarian jati diri.
Oleh karena itu, penyair remaja lebih mengungkapkan tema-tema yang khas
dunia remaja seperti ungkapan cinta yang mereka alami. Dalam puisi anak-anak, ungkapan cinta lebih kepada
orangtua, guru, alam, dan hewan kesayangan. Berikut ini adalah contoh puisi
anak yang mengungkapkan cinta kepada hewan kesayangan
Kucingku
Aku mempunyai seekor kucing
Kuberi nama si Poleng
Karena bulunya berwarna-warni
Putih dan hitam
(Natalia
Kristanti,)
Hasil Analisis Puisi Remaja dan Anak-Anak dengan Pendekatan Analitik dan
Ekspresif
Puisi 1
Cinta itu
(Asep Sembodja)
Langkahku
tertunda padamu
Kata konkret
Aku
terkepung bisu
Kata konotatif, imaji
auditif, majas personifikasi
Angin dan
angan senantiasa mendekap
Kata konotatif, imaji
taktil, majas personifikasi
Begitu dekat jarak antara kau dan aku
Kata
konkret, imaji taktil
Tapi selalu saja lepas setiap pandang kita
Kata
konkret, imaji visual
Sama terkepung labirin
Kata
konkret, imaji taktil
Indah, memang indah biarpun semu
Kata
konkret, imaji visual
Bukankah kita nikmati keindahan itu tanpa kata
Kata
konkret, imaji visual, imaji taktil
Meski semu?
Kata
konkret, imaji taktil
Kesetiaanku dan kesetiaanmu sama-sama
dipertaruhkan
Kata
konkret, imaji taktil
Dalam hidup yang gombal ini
Kata konkret,
imaji taktil
Meski begitu cintaku selangit padamu
Kata
konotatif, imaji taktil, hiperbola
Analisis Menggunakan Pendekatan Analitik
Berdasarkan analisis puisi
cinta itu karya Asep sembodja, dengan pendekatan analitik dapat diambil kesimpulan
bahwa diksi atau gaya bahasa yang sering digunakan adalah kata konkret.
Sedangkan imaji yang mendominasi adalah imaji taktil (perasaan), majas yang
digunakan adalah majas personifikasi yakni sifat-sifat insani pada barang atau
benda yang tidak bernyawa (Suroto, 1989:116). Sarana retorika yang dipakai
adalah hiperbola yakni gaya bahasa yang mengandung pernyataan yang
dilebih-lebihkan untuk mencapai efek (Suroto,1989:119).
Dari segi bentuk puisi, rima yang dipakai adalah
rima berpola bebas. Bentuk larik pada puisi tersebut adalah bentuk bebas karena
jumlah baris dalam tiap bait bebas. Contohnya pada bait pertama terdiri dari 9
baris dan bait kedua terdiri dari 4 baris. Dalam puisi tersebut terdapat
perulangan bunyi vokal (asonansi). Contohnya pada baris pertama bait pertama /langkahku
tertunda padamu/, baris kedua bait pertama /aku terkepung bisu/,
baris keempat bait pertama /begitu dekat jarak antara kau dan aku/,
baris pertama bait kedua /kesetiaanku dan kesetiaanmu/, dan yang
terakhir adalah pada baris terakhir bait kedua /cintaku selangit padamu/.
Dari semua kalimat tersebut terdapat pengulangan huruf vokal U.
Dan struktur isi, tema yang diangkat
adalah tema percintaan. Suasana dalam puisi ini adalah haru karena cinta tokoh
aku tertahan oleh ketidakmungkinan keadaan yang terjadi. Perempuan yang ia
cintai dan ia sendiripun sama-sama telah mempunyai kekasih. Hubungan antara aku
lirik dengan perempuan yang ia cintai hanya sebatas teman meskipun cinta mereka
berdua begitu besar. Mereka berdua tidak selingkuh. Mereka menyimpan perasaan
tersebut dalam hati masing-masing. Amanat yang terkandung dalam puisi ini
adalah setiap manusia dituntut untuk setia kepada pasangan dan tidak memaksakan
ego serta kebahagiaan dirinya sendiri.
Analisis Menggunakan Pendekatan Ekspresif
Puisi cinta itu karya Asep Sembodja bertemakan
percintaan yang dialami tokoh aku lirik. Percintaan yang dialami tokoh aku
lirik tidak tercapai karena keadaan mereka yang saling memiliki kekasih. Hal
ini seperti yang tercermin pada bait pertama dalam puisi tersebut, yaitu
digambarkan begitu indahnya kisah cinta itu namun tertunda oleh keadaan mereka
yang sama-sama telah memiliki kekasih. Selanjutnya pada bait kedua dijelaskan
bahwa antara tokoh aku lirik dan perempuan yang ia cintai tidak memperjuangkan
cintanya. Mereka tetap setia kepada pasangan masing-masing. Meskipun demikian,
cinta tokoh aku lirik sangat besar kepada
wanita tersebut.
Dari puisi tersebut, jelas
terlihat bahwa penyair ingin mengungkapkan perasaan yang dialaminya, yaitu
perasaan cinta yang tak tercapai karena dia maupun orang yang dicintai
sama-sama telah memiliki kekasih.
Puisi 2
Bunda
Aku seperti berdiri di tepi jurang
Kata
konkret, imaji visual, simile
Seakan dua kekuatan mencoba mendorong
Kata
konkret, imaji taktil, majas personifikasi
Saat kutengadahkan kepalaku
Kata
konkret, imaji visual
Wajah bunda terbayang
Kata
konkret, imaji visual
Seakan menari di pelupuk mata
Kata
konkret, imaji visual, majas personifikasi
Kulihat senyum bunda
Kata
konkret, imaji visual
Kurasakan kembali belaian bunda
Kata konkret, imaji
taktil
Terasa hangat menjalari tubuh
Kata konkret, imaji
taktil
Tersentak aku
Kata
konkret, imaji taktil
Ingin kuteriakkan sumpah serapah
Kata
konkret, imaji auditorial, hiperbola
Pada orang yang menorehkan luka
Kata konkret,
imaji taktil
Di kening bunda
Kata konkret, imaji
visual
Lihat bunda
Kata konkret, imaji
visual
Ia mencoba mengoyak-ngoyak kain sutra
Kata konkret, imaji
visual
Yang telah kau jalin
Kata konkret, imaji
taktil
Lihat bunda kembali ia menorehkan luka
Kata konkret, imaji
taktil
Yang telah lama kering
Kata konkret, imaji
taktil
Bunda lihatlah
Kata konkret, imaji
visual
Kenapa diam bunda
Kata konkret, imaji
taktil
Kenapa kau tersenyum dalam dukamu
Kata konkret, imaji
visual
Bunda…
(sementara aku semakin rapuh tak kuasa hadapi
kenyataan ini sendiri…
Analisis Menggunakan Pendekatan Analitik
Berdasarkan analisis puisi
bunda karya Riany’s, dengan pendekatan analitik dapat diambil kesimpulan bahwa
diksi yang digunakan sebagian besar adalah kata konkret. Imaji yang digunakan
adalah imaji visual (penglihatan). Walaupun juga digunakan imaji taktil namun
mayoritas menggunakan imaji visual. Sedangkan majas yang digunakan adalah majas
personifikasi, yakni gaya bahasa kiasan yang menggambarkan benda-benda mati atau
barang-barang yang tidak bernyawa seolah-olah memiliki sifat kemanusiaan.
Contohnya yaitu /seakan dua kekuatan mencoba mendorong/.
Dari segi bentuk puisi
tersebut tidak menggunakan rima abab namun menggunakan rima yang berpola
bebas. Sedangkan lariknya sendiri juga sudah bebas karena pada setiap bait
sudah lebih dari 4 baris. Contohnya pada bait pertama. Puisi tersebut terdapat
perulangan bunyi vokal (asonansi). Contohnya pada baris pertama bait pertama /aku
seperti berdiri di tepi jurang/, pada kalimat tersebut terdapat perulangan
bunyi vokal e.
Puisi bunda karya Riany’s
menceritakan tentang kekesalan sang penyair karena dia melihat ibunya masih
bias memaafkan orang yang telah melukai hatinya berulang kali. Meskipun sang
penyair berusaha menyadarkan ibunya agar berusaha membenci orang itu namun
ibunya tidak mau. Ibunya berusaha tersenyum dalam di dalam kesedihan.
Dari
puisi tersebut kita dapat mengambil pelajaran bahwa kita tidak boleh menyimpan
dendam terhadap orang lain meskipun dia telah melukai hati kita. Namun kita harus berusaha untuk bersabar dan
memberi maaf kepadanya.
Analisis Menggunakan Pendekatan Ekspresif
Pada bait pertama penyair menceritakan tentang
kegundahan pada saat dia merasa berada pada masa-masa tersulit. Namun ketika
dia benar-benar hampir terpuruk tiba-tiba dia teringat senyum ibunya dan itu
sebagai kekuatan yang menolongnya.
Pada bait kedua
diceritakan kalau senyuman ibu penyair tersebut sebagai penolong sehingga dia
kembali bersemangat selain itu dia juga merasakan kasih sayang dari ibunya itu,
/kurasakan kembali belaian bunda/.
Pada bait ketiga
diceritakan penyair sangat terkejut karena tiba-tiba saja orang yang telah
membuat kehidupannya dan ibunya hancur kini kembali lagi. Penyair sebenarnya
ingin membalas dendam, /ingin kuteriakkan sumpah serapah/.
Pada bait keempat
diceritakan orang yang telah membuat hancur kehidupan ibunya ingin
menghancurkan lagi kehidupan yang telah dibuat oleh ibunya, /ia mencoba
mengoyak-ngoyak kain sutra yang telah kau jalin/
Pada bait kelima diceritakan
bahwa orang tersebut berhasil melukai hati ibunya yang telah sembuh, namun
ibunya tidak sedikitpun merasa dendam tetapi ibunya tetap bersabar dan berusaha
untuk tersenyum. Sang penyair sendiri merasa sangat marah dan tidak bisa
memaafkan orang tersebut.
Puisi 3
Pengemis Tua
(Suliestiowaty)
Di bawah terik matahari
Kata konotatif, imaji visual
Kau berjalan tertatih-tatih
Kata konotatif, imaji visual
Dengan tongkat kayu di tanganmu
Kata konkret, imaji visual
Pak tua yang malang
Kata konotatif, imaji visual
Peluhmu yang membasahi
Kata konotatif, imaji visual
Baju kumalmu
Kata konkret, imaji visual
Tiada kau hiraukan
Kata konkret, imaji auditif
Aku tahu pak tua
Kata konkret, imaji visual
Bukan mobil yang kau minta
Kata konkret, imaji visual
Bukan pula gedung mewah
Kata konotatif, imaji visual
Tapi hanyalah sesuap nasi
Kata konkret, imaji visual
Untuk mengisi perut
Kata konkret, imaji visual
(si kuncung Th. XXV, No. 20, 1980)
Analisis Menggunakan Pendekatan Analitik
Dari puisi di atas, ditinjau dari strukturnya yang
dimulai dari pemakaian diksi, puisi
“Pengemis Tua” menggunakan kata konkret dan kata konotatif. Kata konkret
adalah kata yang dianggap lebih jelas
untuk mengungkapkan makna dan maksud penyair sehingga tidak menimbulkan
interpretasi yang berbeda-beda bagi
pembaca. Imaji yang mendominasi adalah imaji visual (penglihatan), meskipun
dalam puisi ada pemakaian imaji auditif .
Rima yang digunakan dalam puisi di atas adalah
rima yang berpola bebas, tidak menggunakan a
b a b. Puisi “Pengemis Tua” terdiri dari satu bait yang tersusun atas
dua belas baris. Pengulangan kata juga terdapat dalam puisi di atas yakni pada baris 9 dan baris 10.
Puisi “Pengemis Tua” mengusung tema
sosial, yaitu sesuatu yang ada dan terjadi di sekitarnya. Dari kata-kata dalam
puisi menggambarkan sebuah keprihatinan terhadap seorang pengemis dengan
tongkat dan baju kumalnya. Penulis ingin menceritakan hal yang sering dilihat
di masyarakat.
Analisis Menggunakan pendekatan Ekspresif
Puisi “Pengemis Tua”
bercerita tentang seorang lelaki tua yang pekerjaannya sebagai pengemis. Ketika
matahari begitu terik, pengemis tua itu berjalan dengan tertatih-tatih
menggunakan tongkat kayu. Penulis mengekspresikan apa yang dilihatnya sebagai sebuah keprihatinan penulis yaitu /pak
tua yang malang/ dengan baju kumal yang dipakai dan peluh yang membasahi.
Puisi 4
Sajak Kecil
untuk
dik Suryadi di Hargeulis
(Iwan
Gunadi)
Ada sepotong tuntutan
Kt.konkret kt.konotatif kt.konkret
Menuntun tangan dan langkah bocah
Kt.konkret kt.konkret kt.konkret
Kais kaleng kosong, sandal, dan sepatu sisirangan
Kt.konotatif kt.konkret kt.konkret kt.konkret kt.konotatif
Antara tumpukan rongsokan, sampah, dan leleh
Kt.konkret kt.konkret kt.konkret kt. Konkret kt.konotatif
Peluh
Kt.konkret
: ongkos sekolah
kt. Konkret
Analisis Menggunakan Pendekatan Analitik
Puisi Sajak Kecil karya Iwan Gunadi ini hanya terdiri
dari satu bait yang tersusun atas enam baris. Puisi tersebut memiliki irama atau pengulanagan
tetap dari aksen atau tekanan pada larik puisi. Hal itu dibuktikan dengan adanya kata /dan/ di tengah-tengah larik pada bait kedua,
ketiga, dan keempat. Onomatope juga tidak tampak dalam puisi ini. Dengan rima
abaca, dapat dikatakan bahwa puisi ini berbentuk bebas tanpa adanya penataan
larik yang konvensional.
Dari
segi bahasa, puisi Sajak Kecil didominasi oleh kata konkret dalam pemilihan
diksinya, yaitu kata yang maknanya lugas dan tidak menjadi lambang dari suatu
maksud tertentu. Meskipun begitu, kata konotatif tetap ditemukan pada kata /sepotong/,
/kais/, dan /sisirangan/. Kata /sepotong/ pada baris pertama
dapat diartikan sebagai sebuah atau satu. Kata /kais/ pada bait ketiga
berarti mengambil atau mengumpulkan. Sedangkan /sisirangan/ dapat
bermakna sebelah atau tak berpasangan dan agaknya kata ini diambil dari bahasa
Sunda. Tidak banyak bahasa kias dan sarana retorika yang ditemukan dalam puisi
ini, hanya personifikasi yang muncul pada /ada sebuah tuntutan/menuntun
tangan dan langkah bocah/. Sebuah /tuntutan/
atau keharusanyang membuat dan memaksa seorang anak untuk memulung sampah agar
mendapatkan /ongkos sekolah/. Selain bahasa kias dan sarana retorika,
puisi ini juga tidak menyajikan variasi imaji. Hanya imaji visual yang terus
hadir dalam setiap lariknya, /kais kaleng kosong, sandal,
dan sepatu sisirangan/.
Analisis Menggunakan Pendekatan Ekspresif
Puisi ini mengusung tema kemanusiaan atau sosial.
Dari kata-kata yang dipilih, puisi ini menimbulkan perasaan sedih dan prihatin
terhadap perjuangan seorang anak agar dapat terus bersekolah. Melalui puisi ini
penyair ingin menunjukkan kepada pembaca bahwa di setiap sudut Indonesia ini
ada dan banyak /bocah/ yang harus bekerja dengan mengumpulkan /kaleng
kosong, sandal, dan sepetu sisirangan/ di /antara
rongsokan, sampah/ hanya untuk mendapatkan satu hal yaitu /ongkos
sekolah/. Penyair juga menyiratkan perasaan iba kepada /bocah/
yang disebutkan dalam puisi. Dengan puisi ini, penyair seakan turut menggugah
pembaca dengan petanyaan ‘apa yang bisa kita lakukan jika melihat pemandangan
seperti tergambar dalam puisi. Akan seperti apakah kelanjutan kisa perjuangan /bocah/
tersebut? Oleh karena itulah, amanat yang dapat dipetik dari puisi ini adalah
bersyukurlah para /bocah/ yang tak perlu mengais /kaleng kosong/antara
tumpukan rongsokan, sampah/ untuk terus menempuh
pendidikan. Di lain pihak, /bocah/ yang berjuang dengan /leleh/peluh/
untuk mencari /ongkos sekolah/ teruslah berjuang karena /bocah/
itu tidak sendirian.
Dari puisi Sajak Kecil
ini, penyair mengungkapkan kejiwannya dan perasaannya terhadap sosok bocah yang
ia sebutkan. Sosok /bocah/ tersebut bisa jadi siapa saja, mungkin
penyair sendiri dan mungkin juga sosok /dik Suryadi di Hargeulis/ yang ia
sebutkan di awal. Penyair merasa resah, iba, prihatin, kasihan, dan sedih
melihat /bocah/ yang harus berjuang mencari /ongkos sekolah/ sendiri.
Puisi 5
Kehidupan Laut
Laut....
Mendengar nama itu
Terbayanglah
Kehidupan laut sangat
indah
Kehidupan laut sangat
damai
Kehidupan laut sangat
mengagumkan
Di laut....
Di laut selalu bagaikan tempat yang asri
Di laut tidak ada rasa iri
Di laut tidak ada manusia dengki
Tumbuhan menghias taman
Hewan laut berkejaran
Banyak ikan menari
Gerakan ikan mengiringi
gerakan rumput laut
Gerakan ikan melambai
sangat lembut sekali
Yohana Cristina
Analisis Menggunakan Pendekatan Analitik
Secara keseluruhan, ditinjau dari struktur fisiknya
yang dimulai dari penggunaan diksi, puisi “Kehidupan Laut” menggunakan kata
konkret. Penggunaan kata-kata pada puisi ini langsung merujuk pada sesuatu.
Hampir tidak terdapat kata konotatif, sehingga pesan yang ingin disampaikan
dalam puisi ini menjadi mudah ditangkap.
Karena puisi ini bercerita tentang laut, maka
imaji yang digunakan adalah imaji visual dan imaji taktil. Imaji visual sangat
nampak pada bait keempat dalam puisi ini.
Tumbuhan menghias taman
Hewan laut berkejaran
Banyak ikan menari
Gerakan ikan mengiringi gerakan rumput laut
Gerakan ikan melambai sangat lembut sekali
Dari petikan puisi di atas, nampak jelas pengimajian visualnya. Keadaan
kehidupan laut dapat dibayangkan secara visual. Imaji taktil terdapat pada bait
kedua, yakni penggambaran laut dari sudut perasaan.
Kehidupan laut sangat indah
Kehidupan laut sangat damai
Kehidupan laut sangat mengagumkan
Keindahan, kedamaian, dan kekaguman merupakan sesuatu yang berhubungan
dengan perasaan.
Penggunaan bahasa kias atau majas yang paling dominan
adalah personifikasi, yaitu membandingkan antara kehidupan laut dengan
kehidupan manusia (makhluk laut dibandingkan dengan manusia). Hal ini nampak
pada bait ketiga:
Di laut......
Di laut selalu bagaikan tempat yang asri
Di laut tidak ada rasa iri
Di laut tidak ada manusia dengki
Di laut tidak ada rasa sedih
Analisis Menggunakan Pendekatan Analitik
Rasa iri, dengki, dan sedih, merupakan perasaan
yang hanya dimiliki oleh manusia, tetapi kemudian dibandingkan dengan kehidupan
laut. Personifikasi juga nampak pada bait keempat /Banyak ikan menari/.
Ikan merupakan hewan laut yang dibandingkan dengan manusia. Ikan diumpamakan
memiliki sifat seperti manusia, yakni dapat menari.
Bintangku (Sudah)
Oleh Mujayanah*
Oleh Mujayanah*
Oh, bintangku
Imaji visual, kata konkret
Setiap malam engkau berkelip-kelip
Setiap malam engkau berkelip-kelip
Imaji visual, kata konkret
Dari jauh ku memandangmu
Dari jauh ku memandangmu
Imaji visual, kata konkret
Aku ingin bersamamu
Aku ingin bersamamu
Imaji taktil, kata konkret
Oh bintang
Kata konkret
Engkau tampaknya sangat banyak
Engkau tampaknya sangat banyak
Imaji visual
Aku ingin menghitungmu
Aku ingin menghitungmu
imaji taktil
Tapi engkau beribu-ribu bintang
Tapi engkau beribu-ribu bintang
imaji visual
Bintangku yang banyak
Imaji visual,
Ku memandangmu tak bisa tidur
Ku memandangmu tak bisa tidur
Imaji visual, kata konkret,hiperbola
Awan sudah terlalu gelap
Awan sudah terlalu gelap
Imaji visual, kata konkret
Sepertinya hujan turun
Sepertinya hujan turun
imaji visual,kata konkret
Sepertinya bintang tertutup awan
Sepertinya bintang tertutup awan
imaji visual, kata konkret
(parade karya-karya anak 2005,
rumahdunia.net)
*) Siswa kelas 6
SD Negeri Sumber Agung Serang dan tinggal di Ciloang
Analisis Puisi dengan Pendekatan Analitik
Berdasarkan analisis puisi bintangku karya
Mujayanah, dengan pendekatan analitik dapat diambil kesimpulan bahwa diksi atau
gaya bahasa yang digunakan sebagian besar adalah bahasa konkret. Imaji yang
digunakan adalah imaji visual (yang dilihat). Sarana retorika yang muncul adalah hiperbola yang
terbukti pada bait pertama baris kedua.
Dari segi bentuk puisi tersebut tidak menggunakan
rima yang berpola abab namun menggunakan pola bebas. Hal ini terbukti dari
tidak adanya pola sama sekali dari setiap bait yang ada. Sedangkan bentuk larik
pada puisi tersebut termasuk bentuk bebas karena tiap bait tidak selalu terdiri
dari 4 baris. Hal ini terungkap dari bait pertama yang terdiri 4 baris, bait
kedua 4 baris, dan bait ketiga 5 baris.
Puisi bintangku terdapat perulangan bunyi vokal
(asonansi). Contohnya pada bait pertama baris ketiga /dari jauh ku
memandangmu/ dan keempat /aku ingin bersamamu/. Dari dua baris
tersebut terdapat pengulangan huruf vokal u.
Secara umum puisi ini bertemakan tentang
keindahan. Sebuah keinginan untuk selalu bersama sang “bintang”. Bintang yang
berkelip-kelip di langit dengan jumlah yang sangat banyak. Keindahan dan pesona
bintang berangsur lenyap ketika hujan turun, bintang-bintang tertutup awan.
Pengarang seakan ingin mengungkapkan sebuah harapan tentang sesuatu hal yang
berangsur lenyap.
Analisis Puisi dengan Pendekatan
Ekspresif.
Pada bait pertama
diungkapkan bahwa pengarang hanya ingin mengungkapkan apa yang dilihat ketika
bintang berkelip-kelip di langit. Memandang bintang yang berkelip-kelip
menciptakan sebuah perasaan senang dan gembira, ia merasa nyaman dapat
menikmati keindahan kerlipan bintang. Perasaan itu lalu menjelma menjadi
perasaan mencintai, ia ingin selalu bersama bintang.
Pada bait kedua
diungkapkan oleh pengarang bahwa bintang yang bertebaran di angkasa begitu
banyak, beribu-ribu bintang bahkan lebih. Suasana seperti ini sekali lagi
menciptakan sebuah perasaan tertentu. Perasaan yang muncul dari suasana
tersebut adalah perasaan penasaran. Perasaan penasaran pengarang terwujud
dengan keinginan untuk menghitung bintang-bintang di angkasa. Namun karena
begitu banyaknya, keinginan itu hanya sekedar keinginan.
Pada bait ketiga
diungkapkan bahwa pengarang masih mengagumi bintang-bintang yang banyak
bertebaran. Kekaguman itu membuatnya berlama-lama sehingga untuk tidurpun tidak
bisa. Keindahan bintang di angkasa perlahan mulai lenyap tertutup awan gelap.
Ia merasa awan yang menutupi keindahan bintang membawa hujan. Memang awan gelap
menutupi kerlip bintang, akhirnya hujan turun.
PENUTUP
Dari hasil analisis puisi
anak-anak dan remaja diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa puisi merupakan
sarana ekspresif untuk mengungapkan ide, perasaan dan emosi dari penyair. Hal
ini dilakukan untuk menunjukkan eksistansi mereka di tengah masyarakat.
DAFTAR RUJUKAN
Sarumpaet, Riris K. Toha.
2002. Apresiasi Puisi Remaja: catatan mengolah cinta.Jakarta:Gramedia.
Siswanto, Wahyudi. 2008. Pengantar
Teori Sastra. Jakarta: Grasindo.
Suroto.1989.Apresiasi Sastra Indonesia.Jakarta: Erlangga.
Suyatno,Suyono,dkk.2002.Puisi
Indonesia Modern Anak-anak.Jakarta:Pusat Bahasa.
Waluyo, Herman J.2005. Teori dan Apresiasi Puisi. Jakarta:Gramedia.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus