Senin, 02 Juli 2012

EKSPRESI PENYAIR DALAM PUISI REMAJA DAN ANAK-ANAK


EKSPRESI PENYAIR  DALAM PUISI REMAJA DAN ANAK-ANAK

PENDAHULUAN
Latar Belakang
            Puisi adalah media yang pas untuk mengungkapkan gagasan dan jati diri. Melalui puisi, remaja dan anak-anak dapat belajar banyak hal, misalnya, belajar menuangkan ide atau gagasan secara padat dan teratur. Remaja dan anak-anak merupakan bagian dari masyarakat besar kita. Mereka juga mempunyai banyak hal yang ingin disampaikan dan perlu didengar serta dipahami. Anak-anak secara psikologis sering diibaratkan lembaran kertas yang putih bersih tanpa noda. Hal ini biasanya akan terlihat dalam puisi yang ditulis mereka. Puisi remaja dan anak-anak, jelas bukan hanya karena penulisnya remaja dan anak-anak tetapi juga karena masalah yang digelutinya khas. Mereka ingin menceritakan pengalamannya.
            Pengalaman yang diutarakan juga dialami banyak orang. Mungkin bedanya ada pada cara menerima dan mengatakannya. Para penulisnya masih belajar dan mencari bentuk. Sama dalam kehidupan itu sendiri, mereka masih berkembang dan berjuang, sadar atau tidak sadar mencari diriya sendiri. 

 
Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memaparkan karakteristik dari puisi remaja dan anak-anak, baik dari segi bahasa, bentuk maupun isi. Selain itu, juga untuk memaparkan keunikan ekspresi yang terdapat dalam puisi remaja dan anak-anak.
Pengertian Pendekatan dan Prosedur Kerja
Pengertian Pendekatan
 Untuk memaparkan karakteristik puisi remaja dan anak-anak, diperlukan suatu alat yaitu pendekatan. Oleh karena itu dipilih pendekatan analitik dan pendekatan ekspresif.  Menurut Abrams (dalam Siswanto,2008:189)Pendekatan ekspresif adalah pendekatan dalam kajian sastra yang menitikberatkan kajiannya pada ekspresi perasaan atau temperamen penulis.
Prosedur Kerja
 Adapun prosedur kerja untuk menganalisis puisi anak-anak dan remaja dengan menggunakan pendekatan tersebut adalah sebagai berikut :
1.mencari atau menentukan puisi anak dan remaja yang akan dianalisis,
2. menelaah puisi dari segi karakteristik puisi baik bahasa, bentuk dan bahasa,
3. menyimpulkan hasil analisis.
KARAKERISTIK PUISI
Karakteristik Bahasa
Diksi
Diksi merupakan pemilihan kata untuk mengungkapkan gagasan (Suroto, 1989 : 112). Pemilihan kata tersebut berpengaruh terhadap penciptaan puisi. Dalam puisi, orang berbicara dengan kata. Itulah sebabnya ketepatan dalam memilih dan menggunakan kata sangat berpengaruh besar terhadap makna dan maksud yang hendak disampaikan serta efek emosional yang diciptakan. Sebagai contoh adalah dalam cuplikan puisi karya Asep Sembodja, /meski begitu cintaku selangit padamu/. Dalam puisi remaja, diksi yang digunakan adalah kata konkret dan kata konotatif. Penerapan kata-kata tersebut dalam puisi remaja adalah sebagai berikut.
Di bawah ini adalah penerapan kata konkret dalam puisi remaja
                        Aku melangkah
Aku melangkah
            Dengan debu melekat
            Dengan mata sembab
            Dengan pedih membias
            . . .
                                                (Asih Suryani,)
                        Gerimis
Derai gerimis membasahi bumi
Membuat malam itu menjadi kelam
Malam semakin dingin
Sepipun mengiringi
. . .
(Rinawati S)

Penerapan kata konotatif dalam puisi remaja adalah sebagai berikut :
                        Renungan
            . . .
            Pemompa semangat kehidupanku
            Agar dapat
            Mencapai awan tepis mendung
            Menggapai nyata lukis duga
            Mengukuir renungan dibingkai langit
            Betapa kita sebesar debu di matanya
                                                (Elin S)

 Imaji
Pengimajian adalah kata atau susunan kata-kata yang dapat memperjelas atau memperkonkret apa yang dinyatakan oleh penyair. Melalui pengimajian, apa yang digambarkan seolah-olah dapat dilihat (visual), didengar (auditif), atau dirasa (taktil) (waluyo, 2005:10). Puisi remaja menggunakan imaji yang beragam. Imaji tersebut adalah imaji visual, imaji taktil, dan imaji auditif. Di bawah ini adalah penerapannya dalam puisi remaja dan anak-anak.
Penerapan imaji visual dalam puisi remaja adalah sebagai berikut :
                       
Ibu
Melihat seorang ibu menatap anaknya
            Yang sedang menetek dipangkuannya
Aku menemukan ketenangan
Sorot mata ibuku
(Aidul Fitri)
Penerapan imaji taktil dalam puisi remaja adalah sebagai berikut :
                        Brastagi
. . .
            Tak dapat kuraih kembali
            Rasa damai yang dulu hadir
            Tak dapat kupeluk lagi alam indahku
            Kamu kian hari kian kurus
                                                (Suciati)
Penerapan imaji auditif dalam puisi remaja adalah sebagai berikut :
            Cinta Itu
Langkahku tertunda padamu
Aku terkepung bisu
Angin dan angan senantiasa mendekap              
Begitu dekat jarak antara kau dan aku
Tapi selalu saja lepas setiap pandang kita
Sama terkepung labirin
Indah, memang indah biarpun semu
Bukankah kita nikmati keindahan itu tanpa kata
                                    (Asep Sembodja)

Bahasa Kias
            Pengiasan disebut juga simile atau persamaan, karena membandingkan atau menyamakan sesuatu dengan hal yang lain (Waluyo, 1987:87). Bahasa kias dalam puisi dapat membuat puisi lebih menarik.
Simile
            Simile ialah bahasa kiasan yang mempersamakan satu hal dengan hal lain dengan menggunakan kata-kata pembanding seperti : seumpama, bagai, sebagai, bak, laksana, dan kata-kata pembanding yang lain(Pradopo, 1987 : 62). Contoh puisi remaja yang menggunakan majas simile adalah sebagai berikut :
                        Daun dan Air Mata
Guguran daun-daun kering
            Bagai airmataku yang menetes satu persatu
            Siapakah yang kan peduli
            Daun-daun kering itu takkan berhenti berjatuhan
            Dan airmataku takkan berhenti meratapi
. . .
(Ary Andreas)
           
Mulut Tuan
Mulut perampas hak
Lalu tercibirlah kami
Karena itu mulut kami kecil
Kami laksana patung mulut tertutup rapat
Dan tak dapat berbicara
. . .
(Falaq)
Personifikasi
            Personifikasi atau pengiasan adalah bahasa kias yang melekatkan sifat-sifat insani pada barang atau benda yang tidak bernyawa ataupun pada ide yang abstrak (Suroto,1989:116). Contoh majas personifikasi dalam puisi remaja adalah sebagai berikut :
                        Untukmu
            Malam ini
Angin menghempas, guruh terdengar
            Bulan bersembunyi di balik mega hitam
            Seakan tahu bahwa malam memang kelabu
            . .
                                                            (Nunik Rahmawati)
                        Kehidupan
            Angin berdera membawa sebutir debu
            Jatuh di bawah pohon talas
            Di kebun pak tani
            Dia berucap
            Terimakasih Tuhan
            Setetes air bening
            . . .
                                                            (Asep Sembodja)


Metafora
            Metafora adalah bahasa kias perbandingan yang membandingkan dua hal secara implisit(Suroto, 1989 : 116). Dalam majas metafora tidak menggunakan kata-kat pembanding, seperti bagai, laksana,, seperti, dan sebagainya. Penerapan majas metafora tampak dalam puisi di bawah ini.
Sajak  Cinta
            . . .
            Aku manusia jerami
            Kapanpun ku kuakkan muara jadi pelabuhan
            Kapal-kapal retak bergurit nama leluhur kita
            Barangkali itulah cintaku
            Meledak dalam genggaman ombak
            Ingin kulihat hatimu tergeletak tuntas
            . . .      
(Adi Wicaksono)
                        Rangkaian Kembang di Galau Kampus
            . . .
            Mereka kembang-kembang bersuara
            Terangkai enam dikaitkan indah
            Manis, menawan
            Ragumu tak terbaca
            Himpunkan sejuta kumbang dijeratmu
            . .
                                                            (Wirdayani Wahab)
           
Sarana Retorika
            Sarana retorika merupakan sarana kepuitisan yang berupa muslihat pikiran (Pradopo, 1987:93). Saran retorika yang muncul pada puisi remaja menimbulkan pertanyaan efek apa yang timbul dan dimaksud penyair.
Hiperbola
            Hiperbola adalah sejenis sarana retorika yang mengandung pernyataan melebih-lebihkan baik jumlah, ukuran, ataupun sifatnya dengan tujuan untuk menekankan, memperhebat, meningkatkan kesan dan pengaruhnya (Suroto, 1989:119). Penerapan secara retorika pada puisi remaja adalah seperti di bawah ini.
                        Spektrum
            Jemupun pernah datang menjelang
            Menagih janji purba
            Yang tak pernah ku tahu apa maknanya
            Masih saja seperti dulu
            Langit di ubun-ubun dunia kutapaki
            Mendewasakan nasib
            Memburu orang-orang terkasih
                                                            (Jetty Mustika)

Paralelisme
            paralelisme adalah sarana retorika yang berusaha menyejajarkan pemakaian kata-kata atau frasa yang menduduki fungsi yang sama dan memilili bentuk gramatikal yang sama. Demikian pula anak-anak kalimat yang bergantung pada unsur kalimat yang sama haruslah paralel(Suroto, 1989 : 128). Di bawah ini adalah contoh penerapan bahasa retorika dalam puisi remaja.
                        Doa III
Tuhan dengarlah
            Aku ingin rasa aman denganMu
            Aku ingin persaudaraan denganMu
            Aku ingin Engkau tetap disisiku
                                                            (Endang Sri Suryanti)
                       
                        Luka
            Luka itu masih menganga
            Luka itu masih berdarah
            Luka itu masih bernanah
            Luka delapan puluh dua purnama
            Ah!
                                                            (Iskandar Sofian)

Antitesis
            Antitesis adalah sarana retorika yang mengandung gagasan-gagasan yang bertentangan yang dinyatakan dengan kata-kata yang berlawanan(Suroto, 1989 : 117). Dalam sarana retorika terdapat rasa sesuatu yang bertukar. Contoh penerapan bahasa retorika antitesis dalam puisi remaja adalah seperti di bawah ini.
                        Dalam Sujudku
            . . .
            Berilah aku kehangatan dalam dekapanMu
            Bukalah pintu buatku menuju jalan yang lurus
            Menuju secerah cahaya suci dalam kegelapan
            Kuharap di sana ayah ibuku menanti
            Dengan wajah berseri-seri
(Sutoyo)
                        Puisi Buatmu Sobat
Ada yang tak mampu kulupakan
Tentang dirimu
Tentang kebaikanmu
Engkau adalah suka dukaku
Diam dalam gelapku
Keberadaanmu adalah asa hidupku
Senyummu adalah wangi mimpiku
. . .
(Adriati)
Karakteristik Bentuk Puisi
Perulangan Bunyi
Rima
Rima adalah persamaan bunyi yang terdapat pada kata-kata dalam puisi (Suroto, 1989:105). Bunyi yang dimaksud adalah bunyi bahasa yang terdapat dalam kata-kata pada puisi. Rima diperlukan untuk membangun unsure musikalitas dalam puisi. Unsure musikalitas tersebut akan terasa pada saat sebuah puisi dibacakan atau diucapkan. Dalam puisi remaja dan anak-anak, rima masih banyak nampak walaupun tidak dominant terutama rima akhir. Berikut ini adalah contoh puisi remaja yang mengutamakan rima untuk membangun unsur musikalitasnya.
         Mandalika
Dari jauh kau nampak biru  kelabu
menggores kenangan jingga masa kecilku
di pantaimu kucari kerang penyambung hidupku
di rahimmu kutuangkan segala dukaku
. . .
                                                         (Buahergis Muryono-Surakarta)

Rima yang tampak dalam puisi di atas adalah vokal  /u/ pada setiap akhir baris sehingga rima yang muncul masuk dalam kategori rima akhir.
Asonansi
            Suroto ( 1989 : 107 ) menyatakan bahwa asonansi adalah rima vocal pada kata. Rima vokal disini dapat diartikan sebagai pengulangan bunyi vokal,artinya bunyi vokal pada sebuah kata dapat muncul pada kata yang lain walaupun memiliki susunan konsonan yang berbeda. Contoh dari asonansi adalah pada kata ‘ berat ‘ dan ‘ ketat ‘.
            Dalam puisi remaja dan anak-anak, asonansi juga muncul walaupun intensitasnya tidak banyak. Hal itu dikarenakan remaja dan anak-anak tidak begitu memperhatikan hal-hal semacam itu. Mereka hanya mengekspresikan apa yang mereka rasakan. Di bawah ini adalah contoh asonansi yang terdapat pada puisi remaja.
                                    Bunda Permata
            . . .
                        Tak terkejut memandang
                        Tak terpeluk tangan merangkul
                        . . .
                                                                                    ( Y. Hardiana – tasikmalaya )
            Asonansi yang muncul pada puisi diatas adalah pengulangan vokal / e /, / e /, / dan / u / pada / terkejut / dan / terpeluk /.
Onomatope
Onomatope adalah tiruan terhadap bunyi-bunyi yang ada (Suroto,1989:90). Bunyi-bunyi yang ada diartikan sebagai bunyi yang ada di alam. Onomatope dipilih oleh penyair dengan harapan akan memberikan gema atau suasana tertentu. Selain itu, onomatope juga digunakan agar pembaca lebih mudah memahami makna yang ingin disampaikan serta untuk mewakili bunyi-bunyi alam seperti suara binatang yang dalam bahasa Indonesia belum ditentukan kata yang tepat. Dalam puisi remaja dan anak-anak, onomatope juga muncul walaupun jarang.
         Surat Untuk Abah
…………………..
Salahkah
Bila punai tak lagi menciap
Enggang gunung kaku menari
……………………
                                                         (Said Agus Salim-Balikpapan)
Kata /menciap/ pada puisi di atas mewakili bunyi atau suara dari seekor punai. /menciap/ sama artinya dengan mencicit atau berkicau.
Versifikasi
Irama
            Irama merupakan pengulangan tetap dari aksen atau tekanan pada larik puisi. Irama sangat berhubungan dengan pengulangan bunyi, kata, frasa, dan kalimat (waluyo, 1987:94). Menurut Waluyo (2005:95), bentuk irama menunjukkan perbedaan pada tiap angkatan. Bentuk irama puisi pujangga baru berbeda dengan puisi angkatan 45 terutama karya-karya Chairil Anwar. Sedangkan puisi remaja dan anak-anak cenderung menunjukkan persamaan dengan puisi Chairil Anwar. Di bawah ini adalah contoh puisi remaja yang menunjukkan irama yang mirip dengan puisi Chairil Anwar.
                                    Jeritan Sepotong Hati
Sahabatku .................................
..................................................
..................................................
            Sahabatku .........................................
            ..........................................................
            ..........................................................
Sahabatku .................................
..................................................
                                                                        ( Yenly - Tangerang )
            Dalam puisi karya Yenly aksen tetap yang muncul adalah /sahabatku/ yang terletak pada tiap larik pertama di setiap baitnya. Hal itu sama dengan kata /tuhanku/ pada puisi Chairil Anwar yang berjudul ’ doa ’.
Soneta
Soneta adalah bentuk puisi baru yang terdiri atas empat belas baris dengan susunan kuantrain dan dua sektet (Suroto,1989:56) serta memiliki pola rima tertentu. Sonata berasal dari Italia dan memiliki cirri khusus, yaitu  terdiri dari empat belas baris, tersusun atas dua kuantrain dan dua sektet, terdapat bagian sampiran yang biasanya berupa gambaran alam, dan terbentuk dengan pola rima tertentu.
Oleh karena soneta memiliki ciri dan kriteria yang  cukup rumit, puisi bentuk ini tidak popular di kalangan remaja dan anak-anak. Hal itu menyebabkan tidak ditemukannya puisi bentuk soneta  pada puisi remaja dan anak-anak dalam penyusunan makalah.
Stanza
            Menurut Suroto, ( 1989 : 56 ) stanza adalah bentuk puisi baru yang terdiri atas delapan baris dalam tiap bait. Puisi dalam bentuk stanza ini merupakan salah satu bentuk akulturasi kebudayaan Eropa yang masuk ke Indonesia pada zaman kolonial. Bentuk ini muncul pada puisi-puisi pujangga baru. Remaja dan anak-anak yang memiliki jiwa pemberontak tidak banyak mengadopsi bentuk puisi yang satu ini. Kalupun ada puisi tersebut tidak benar-benar memenuhi kriteria puisi bentuk stanza. Berikut adalah contoh dari puisi remaja yang berbentuk stanza.
                                    Siapa
            Siapa yang menulis rahasia bungan kalau bukan
            tangan Ibu ?
            Siapa yang menulis rahasia senapan kalau bukan
            tangan Bapak ?
            terpetiklah harum mawar dan bubuk mesiu
            di sepanjang jalan rahasia anak
            tapi anak-anak lebih suka memilih duri dan peluru
            lalu menanamnya di daging Ibu di daging Bapak
                                                                        (Rammy Novaris DM - Jakarta)
Bentuk Bebas
Bentuk bebas disini berarti penataan larik yang keluar dari aturan konvensional, seperti bentuk sektet, kuantrain, dan stanza maupun penataan larik  yang dalam satu larik dapat dipecah menjadi dua frasa. Bentuk konvensional semacam itu sudah tidak lagi muncul pada puisi remaja dan anak-anak.
Pada puisi remaja dan anak-anak, larik tidak ditata sedemikian rupa sehingga dalam satu  puisi terdapat bait yang berisi dua baris, tiga baris bahkan lima baris bercampur menjadi satu. Oleh karena itulah dapat dikatakan bahwa puisi remaja dan anak-anak memiliki bentuk bebas. Berikut ini adalah contoh puisi remaja yang memiliki bentuk bebas.
         Kepada Ibu
Dalam galau batin ini,bu
ada sejumput kangen
tuk benamkan diri dalam lembut dekapmu
                     Dalam galau batin ini, bu
                     ada  selintas kenangan
                     masa kau alunkan tembang penghantar
                     pulasku
                        . . .
                                                         (Eka Shanti - Denpasar)
Puisi tersebut menunjukkan kebebasan bentuk. Hal itu dapat diketahui dari jumlah baris pada tiap bait yang berbeda. Selain itu, tiap baris tdak berisi dua frasa, contohnya pada bait pertama baris kedua hanya terdiri dari satu frasa /ada  sejumput kangen/.
Karakteristik Isi
Tema
Pada puisi remaja lebih banyak bertemakan kasih sayang, persahabatan, cinta kasih, pengalaman, dan cita-cita. Tema seperti itu merupakan gambaran dari apa yang ada dalam kehidupan sehari-hari remaja. Cinta kasih dan kasih sayang tersebut bagi rremaja bukan hanya untuk kekasih namun juga untuk orang tua. Remaja menggunakan media puisi untuk meuangkan perasaannya secara langsung. Contoh puisi remaja yang bertemakan cinta kasih
      Rindu
Rindu hati ini...
Seakan tak beruap
Semakin hari semakin menggetarkan
......................................................
                                             (Mop Kartika - Jakarta)

Amanat
            Di dalam puisi remaja yang kita ketahui jarang ada puisi yang mengandung amanat. Meskipun ada amanatnya namun amanat dalam puisi remaja berkisar tentang ucapan syukur terhadap Tuhan YME, rasa sayang kita kepada orang tua, rasa sayang kita kepada kekasih, dan lain-lain.
Di bawah ini contoh puisi yang beramanat ucapan syukur kepada Tuhan
          Ucapan Syukur
Terima kasih Tuhan
Untuk burung yang berkicau di pepohonan
Memuji kebesaranmu
Untuk bunga yang merekah
Dan untuk embun yang bersinar di atasnya
..................................................................
                                            (Yohanna Elisabeth N. Jakarta)
Contoh puisi yang bertemakan rasa cinta kita kepada orang tua :
Aku dan Bunda
Ada rindu
Di sini
Untukmu bunda
Ada haru
Ada pula tangis
........................
                  (Ela D-Jakarta).
Amanat yang dapat diambil dari kutipan puisi tersebut adalah kita seharusnya menyayangi orang tua kita khususnya ibu kita.
Nada atau Suasana
            Nada atau yang dtampilkan di dalam puisi remaja sangat beragam. Misalnya saja suasana yang mengharukan, bahagia, marah, dll. Karena kita ketahui bahwa puisi remaja banyak yang bertemakan kasih sayang, persahabatan, pengalaman, dll.
Contoh puisi dengan suasana sedih
Sajak Duka
Lihat bulan itu, bang cuma sebaris
Ku terpaku memandangnya
Lihat hatiku bang teriris-iris
Melihat kau bermesraan dengannya
.................................................
                                          (Ma’atul Aliyah - Malang)
Contoh puisi dengan suasana bahagia
          Serumpun Melati dari Taman Hati
Mama,
Melati di taman hatiku telah mekar
Menyebarkan semerbak aroma
Warisan puan
Oleh siraman embun kelembutanmu
...........................................................
                                                            (NieNie - Medan)

UNGKAPAN JIWA PENYAIR DALAM PUISI REMAJA DAN ANAK-ANAK
Puisi adalah pengalaman serta mentransformasikan pengalaman dan menyajikannya secara menyeluruh (Sarumpaet,2002:100). Dalam puisi remaja dan anak-anak, emosi merupakan unsur yang mendasari puisi. Emosi yang sedemikian banyaknya, seperti benci, cemburu, malu dan seterusnya, pada umumnya diikuti oleh sensasi misalnya kebencian yang tampil dalam kata-kata atau dalam ekspresi muka dan gestur tertentu yang menggambarkan keseluruhan hidup manusia.
Emosi dan pikiran yang dituangkan dalam puisi remaja dan anak-anak merupakan ekspresi yang imajinatif, yang dapat mengharukan, menyedihkan, menyenangkan, dan sebagainya. Puisi remaja dan anak-anak merupakan refleksi dari pengalaman sehari-hari yang mewakili pikiran dan perasaan. Pengalaman yang dialamipun beragam dari yang sederhana hingga kompleks. Untuk remaja pengalaman yang dialami serta emosi yang dirasakan semakin beragam, sebab paada tahap ini remaja sedang mengalami perubahan baik secara fisik maupun mental. Penyair remaja berada pada masa-masa transisi dan pencarian jati diri.
Oleh karena itu, penyair remaja lebih mengungkapkan tema-tema yang khas dunia remaja seperti ungkapan cinta yang mereka alami. Dalam  puisi anak-anak, ungkapan cinta lebih kepada orangtua, guru, alam, dan hewan kesayangan. Berikut ini adalah contoh puisi anak yang mengungkapkan cinta kepada hewan kesayangan
                                    Kucingku
Aku mempunyai seekor kucing
Kuberi nama si Poleng
Karena bulunya berwarna-warni
Putih dan hitam
(Natalia Kristanti,)

Hasil Analisis Puisi Remaja dan Anak-Anak dengan Pendekatan Analitik dan Ekspresif
Puisi 1
Cinta itu
(Asep Sembodja)


Langkahku tertunda padamu
Kata konkret
Aku terkepung bisu
Kata konotatif, imaji auditif, majas personifikasi
Angin dan angan senantiasa mendekap
Kata konotatif, imaji taktil, majas personifikasi
Begitu dekat jarak antara kau dan aku
Kata konkret, imaji taktil
Tapi selalu saja lepas setiap pandang kita
Kata konkret, imaji visual
Sama terkepung labirin
Kata konkret, imaji taktil
Indah, memang indah biarpun semu
Kata konkret, imaji visual
Bukankah kita nikmati keindahan itu tanpa kata
Kata konkret, imaji visual, imaji taktil
Meski semu?
Kata konkret, imaji taktil

Kesetiaanku dan kesetiaanmu sama-sama dipertaruhkan
Kata konkret, imaji taktil
Dalam hidup yang gombal ini
Kata konkret, imaji taktil
Meski begitu cintaku selangit padamu
Kata konotatif, imaji taktil, hiperbola

Analisis Menggunakan Pendekatan Analitik
            Berdasarkan analisis puisi cinta itu karya Asep sembodja, dengan pendekatan analitik dapat diambil kesimpulan bahwa diksi atau gaya bahasa yang sering digunakan adalah kata konkret. Sedangkan imaji yang mendominasi adalah imaji taktil (perasaan), majas yang digunakan adalah majas personifikasi yakni sifat-sifat insani pada barang atau benda yang tidak bernyawa (Suroto, 1989:116). Sarana retorika yang dipakai adalah hiperbola yakni gaya bahasa yang mengandung pernyataan yang dilebih-lebihkan untuk mencapai efek (Suroto,1989:119).
Dari segi bentuk puisi, rima yang dipakai adalah rima berpola bebas. Bentuk larik pada puisi tersebut adalah bentuk bebas karena jumlah baris dalam tiap bait bebas. Contohnya pada bait pertama terdiri dari 9 baris dan bait kedua terdiri dari 4 baris. Dalam puisi tersebut terdapat perulangan bunyi vokal (asonansi). Contohnya pada baris pertama bait pertama /langkahku tertunda padamu/, baris kedua bait pertama /aku terkepung bisu/, baris keempat bait pertama /begitu dekat jarak antara kau dan aku/, baris pertama bait kedua /kesetiaanku dan kesetiaanmu/, dan yang terakhir adalah pada baris terakhir bait kedua /cintaku selangit padamu/. Dari semua kalimat tersebut terdapat pengulangan huruf vokal U.
Dan struktur isi, tema yang diangkat adalah tema percintaan. Suasana dalam puisi ini adalah haru karena cinta tokoh aku tertahan oleh ketidakmungkinan keadaan yang terjadi. Perempuan yang ia cintai dan ia sendiripun sama-sama telah mempunyai kekasih. Hubungan antara aku lirik dengan perempuan yang ia cintai hanya sebatas teman meskipun cinta mereka berdua begitu besar. Mereka berdua tidak selingkuh. Mereka menyimpan perasaan tersebut dalam hati masing-masing. Amanat yang terkandung dalam puisi ini adalah setiap manusia dituntut untuk setia kepada pasangan dan tidak memaksakan ego serta kebahagiaan dirinya sendiri.
Analisis Menggunakan Pendekatan Ekspresif
Puisi cinta itu karya Asep Sembodja bertemakan percintaan yang dialami tokoh aku lirik. Percintaan yang dialami tokoh aku lirik tidak tercapai karena keadaan mereka yang saling memiliki kekasih. Hal ini seperti yang tercermin pada bait pertama dalam puisi tersebut, yaitu digambarkan begitu indahnya kisah cinta itu namun tertunda oleh keadaan mereka yang sama-sama telah memiliki kekasih. Selanjutnya pada bait kedua dijelaskan bahwa antara tokoh aku lirik dan perempuan yang ia cintai tidak memperjuangkan cintanya. Mereka tetap setia kepada pasangan masing-masing. Meskipun demikian, cinta tokoh aku lirik sangat besar kepada  wanita tersebut.
            Dari puisi tersebut, jelas terlihat bahwa penyair ingin mengungkapkan perasaan yang dialaminya, yaitu perasaan cinta yang tak tercapai karena dia maupun orang yang dicintai sama-sama telah memiliki kekasih.

Puisi 2
Bunda
Aku seperti berdiri di tepi jurang
Kata konkret, imaji visual, simile
Seakan dua kekuatan mencoba mendorong
Kata konkret, imaji taktil, majas personifikasi
Saat kutengadahkan kepalaku
Kata konkret, imaji visual
Wajah bunda terbayang
Kata konkret, imaji visual
Seakan menari di pelupuk mata
Kata konkret, imaji visual, majas personifikasi

Kulihat senyum bunda
Kata konkret, imaji visual
Kurasakan kembali belaian bunda
Kata konkret, imaji taktil
Terasa hangat menjalari tubuh
Kata konkret, imaji taktil

Tersentak aku
Kata konkret, imaji taktil
Ingin kuteriakkan sumpah serapah
Kata konkret, imaji auditorial, hiperbola
Pada orang yang menorehkan luka
Kata konkret, imaji taktil
Di kening bunda
Kata konkret, imaji visual

Lihat bunda
Kata konkret, imaji visual
Ia mencoba mengoyak-ngoyak kain sutra
Kata konkret, imaji visual
Yang telah kau jalin
Kata konkret, imaji taktil

Lihat bunda kembali ia menorehkan luka
Kata konkret, imaji taktil
Yang telah lama kering
Kata konkret, imaji taktil
Bunda lihatlah
Kata konkret, imaji visual
Kenapa diam bunda
Kata konkret, imaji taktil
Kenapa kau tersenyum dalam dukamu
Kata konkret, imaji visual
Bunda…
(sementara aku semakin rapuh tak kuasa hadapi kenyataan ini sendiri…
Analisis Menggunakan Pendekatan Analitik
            Berdasarkan analisis puisi bunda karya Riany’s, dengan pendekatan analitik dapat diambil kesimpulan bahwa diksi yang digunakan sebagian besar adalah kata konkret. Imaji yang digunakan adalah imaji visual (penglihatan). Walaupun juga digunakan imaji taktil namun mayoritas menggunakan imaji visual. Sedangkan majas yang digunakan adalah majas personifikasi, yakni gaya bahasa kiasan yang menggambarkan benda-benda mati atau barang-barang yang tidak bernyawa seolah-olah memiliki sifat kemanusiaan. Contohnya yaitu /seakan dua kekuatan mencoba mendorong/.
            Dari segi bentuk puisi tersebut tidak menggunakan rima abab namun menggunakan rima yang berpola bebas. Sedangkan lariknya sendiri juga sudah bebas karena pada setiap bait sudah lebih dari 4 baris. Contohnya pada bait pertama. Puisi tersebut terdapat perulangan bunyi vokal (asonansi). Contohnya pada baris pertama bait pertama /aku seperti berdiri di tepi jurang/, pada kalimat tersebut terdapat perulangan bunyi vokal e.
            Puisi bunda karya Riany’s menceritakan tentang kekesalan sang penyair karena dia melihat ibunya masih bias memaafkan orang yang telah melukai hatinya berulang kali. Meskipun sang penyair berusaha menyadarkan ibunya agar berusaha membenci orang itu namun ibunya tidak mau. Ibunya berusaha tersenyum dalam di dalam kesedihan.
            Dari puisi tersebut kita dapat mengambil pelajaran bahwa kita tidak boleh menyimpan dendam terhadap orang lain meskipun dia telah melukai hati kita.  Namun kita harus berusaha untuk bersabar dan memberi maaf kepadanya.
 Analisis Menggunakan  Pendekatan Ekspresif
Pada bait pertama penyair menceritakan tentang kegundahan pada saat dia merasa berada pada masa-masa tersulit. Namun ketika dia benar-benar hampir terpuruk tiba-tiba dia teringat senyum ibunya dan itu sebagai kekuatan yang menolongnya.
            Pada bait kedua diceritakan kalau senyuman ibu penyair tersebut sebagai penolong sehingga dia kembali bersemangat selain itu dia juga merasakan kasih sayang dari ibunya itu, /kurasakan kembali belaian bunda/.
            Pada bait ketiga diceritakan penyair sangat terkejut karena tiba-tiba saja orang yang telah membuat kehidupannya dan ibunya hancur kini kembali lagi. Penyair sebenarnya ingin membalas dendam, /ingin kuteriakkan sumpah serapah/.
            Pada bait keempat diceritakan orang yang telah membuat hancur kehidupan ibunya ingin menghancurkan lagi kehidupan yang telah dibuat oleh ibunya, /ia mencoba mengoyak-ngoyak kain sutra yang telah kau jalin/
            Pada bait kelima diceritakan bahwa orang tersebut berhasil melukai hati ibunya yang telah sembuh, namun ibunya tidak sedikitpun merasa dendam tetapi ibunya tetap bersabar dan berusaha untuk tersenyum. Sang penyair sendiri merasa sangat marah dan tidak bisa memaafkan orang tersebut.

Puisi 3
Pengemis Tua
(Suliestiowaty)

Di bawah terik matahari
Kata konotatif, imaji visual
Kau berjalan tertatih-tatih
Kata konotatif, imaji visual
Dengan tongkat kayu di tanganmu
Kata konkret, imaji visual
Pak tua yang malang
Kata konotatif, imaji visual
Peluhmu yang membasahi
Kata konotatif, imaji visual
Baju kumalmu
Kata konkret, imaji visual
Tiada kau hiraukan
Kata konkret, imaji auditif
Aku tahu pak tua
Kata konkret, imaji visual
Bukan mobil yang kau minta
Kata konkret, imaji visual
Bukan pula gedung mewah
Kata konotatif, imaji visual
Tapi hanyalah sesuap nasi
Kata konkret, imaji visual
Untuk mengisi perut
Kata konkret, imaji visual
(si kuncung Th. XXV, No. 20, 1980)
Analisis Menggunakan Pendekatan Analitik
Dari puisi di atas, ditinjau dari strukturnya yang dimulai dari pemakaian diksi, puisi  “Pengemis Tua” menggunakan kata konkret dan kata konotatif. Kata konkret adalah kata yang dianggap lebih jelas  untuk mengungkapkan makna dan maksud penyair sehingga tidak menimbulkan interpretasi  yang berbeda-beda bagi pembaca. Imaji yang mendominasi adalah imaji visual (penglihatan), meskipun dalam puisi ada pemakaian imaji auditif .
Rima yang digunakan dalam puisi di atas adalah rima yang berpola bebas, tidak menggunakan a  b a b. Puisi “Pengemis Tua” terdiri dari satu bait yang tersusun atas dua belas baris. Pengulangan kata juga terdapat dalam puisi di atas yakni  pada baris 9 dan baris 10.
Puisi “Pengemis Tua” mengusung tema sosial, yaitu sesuatu yang ada dan terjadi di sekitarnya. Dari kata-kata dalam puisi menggambarkan sebuah keprihatinan terhadap seorang pengemis dengan tongkat dan baju kumalnya. Penulis ingin menceritakan hal yang sering dilihat di masyarakat.
Analisis Menggunakan pendekatan Ekspresif
            Puisi “Pengemis Tua” bercerita tentang seorang lelaki tua yang pekerjaannya sebagai pengemis. Ketika matahari begitu terik, pengemis tua itu berjalan dengan tertatih-tatih menggunakan tongkat kayu. Penulis mengekspresikan apa yang dilihatnya  sebagai sebuah keprihatinan penulis yaitu /pak tua yang malang/ dengan baju kumal yang dipakai dan peluh yang membasahi.

Puisi 4

Sajak Kecil
untuk dik Suryadi di Hargeulis
                                                            (Iwan Gunadi)
Ada               sepotong          tuntutan
Kt.konkret           kt.konotatif       kt.konkret
Menuntun     tangan dan langkah      bocah
Kt.konkret      kt.konkret                   kt.konkret
Kais                 kaleng kosong,      sandal, dan       sepatu            sisirangan
Kt.konotatif    kt.konkret               kt.konkret       kt.konkret       kt.konotatif
Antara        tumpukan         rongsokan,        sampah, dan            leleh
Kt.konkret  kt.konkret        kt.konkret          kt. Konkret            kt.konotatif
Peluh
Kt.konkret
: ongkos sekolah
kt. Konkret
Analisis Menggunakan Pendekatan Analitik
            Puisi Sajak  Kecil karya Iwan Gunadi ini hanya terdiri dari satu bait yang tersusun atas enam baris. Puisi tersebut memiliki irama atau pengulanagan tetap dari aksen atau tekanan pada larik puisi. Hal itu dibuktikan  dengan adanya kata /dan/  di tengah-tengah larik pada bait kedua, ketiga, dan keempat. Onomatope juga tidak tampak dalam puisi ini. Dengan rima abaca, dapat dikatakan bahwa puisi ini berbentuk bebas tanpa adanya penataan larik yang konvensional.
            Dari segi bahasa, puisi Sajak Kecil didominasi oleh kata konkret dalam pemilihan diksinya, yaitu kata yang maknanya lugas dan tidak menjadi lambang dari suatu maksud tertentu. Meskipun begitu, kata konotatif tetap ditemukan pada kata /sepotong/, /kais/, dan /sisirangan/. Kata /sepotong/ pada baris pertama dapat diartikan sebagai sebuah atau satu. Kata /kais/ pada bait ketiga berarti mengambil atau mengumpulkan. Sedangkan /sisirangan/ dapat bermakna sebelah atau tak berpasangan dan agaknya kata ini diambil dari bahasa Sunda. Tidak banyak bahasa kias dan sarana retorika yang ditemukan dalam puisi ini, hanya personifikasi yang muncul pada /ada sebuah tuntutan/menuntun tangan dan langkah bocah/. Sebuah /tuntutan/ atau keharusanyang membuat dan memaksa seorang anak untuk memulung sampah agar mendapatkan /ongkos sekolah/. Selain bahasa kias dan sarana retorika, puisi ini juga tidak menyajikan variasi imaji. Hanya imaji visual yang terus hadir dalam setiap lariknya, /kais kaleng kosong, sandal, dan sepatu sisirangan/.
Analisis Menggunakan Pendekatan Ekspresif
Puisi ini mengusung tema kemanusiaan atau sosial. Dari kata-kata yang dipilih, puisi ini menimbulkan perasaan sedih dan prihatin terhadap perjuangan seorang anak agar dapat terus bersekolah. Melalui puisi ini penyair ingin menunjukkan kepada pembaca bahwa di setiap sudut Indonesia ini ada dan banyak /bocah/ yang harus bekerja dengan mengumpulkan /kaleng kosong, sandal, dan sepetu sisirangan/ di /antara rongsokan, sampah/ hanya untuk mendapatkan satu hal yaitu /ongkos sekolah/. Penyair juga menyiratkan perasaan iba kepada /bocah/ yang disebutkan dalam puisi. Dengan puisi ini, penyair seakan turut menggugah pembaca dengan petanyaan ‘apa yang bisa kita lakukan jika melihat pemandangan seperti tergambar dalam puisi. Akan seperti apakah kelanjutan kisa perjuangan /bocah/ tersebut? Oleh karena itulah, amanat yang dapat dipetik dari puisi ini adalah bersyukurlah para /bocah/ yang tak perlu mengais /kaleng kosong/antara tumpukan rongsokan, sampah/ untuk terus menempuh pendidikan. Di lain pihak, /bocah/ yang berjuang dengan /leleh/peluh/ untuk mencari /ongkos sekolah/ teruslah berjuang karena /bocah/ itu tidak sendirian.
            Dari puisi Sajak Kecil ini, penyair mengungkapkan kejiwannya dan perasaannya terhadap sosok bocah yang ia sebutkan. Sosok /bocah/ tersebut bisa jadi siapa saja, mungkin penyair sendiri dan mungkin juga sosok /dik Suryadi di Hargeulis/ yang ia sebutkan di awal. Penyair merasa resah, iba, prihatin, kasihan, dan sedih melihat /bocah/ yang harus berjuang mencari /ongkos sekolah/ sendiri.

Puisi 5
Kehidupan Laut

Laut....
Mendengar nama itu
Terbayanglah
            Kehidupan laut sangat indah
            Kehidupan laut sangat damai
            Kehidupan laut sangat mengagumkan
Di laut....
Di laut selalu bagaikan tempat yang asri
Di laut tidak ada rasa iri
Di laut tidak ada manusia dengki
            Tumbuhan menghias taman
            Hewan laut berkejaran
            Banyak ikan menari
            Gerakan ikan mengiringi gerakan rumput laut
            Gerakan ikan melambai sangat lembut sekali

                                                            Yohana Cristina
Analisis Menggunakan Pendekatan Analitik
Secara keseluruhan, ditinjau dari struktur fisiknya yang dimulai dari penggunaan diksi, puisi “Kehidupan Laut” menggunakan kata konkret. Penggunaan kata-kata pada puisi ini langsung merujuk pada sesuatu. Hampir tidak terdapat kata konotatif, sehingga pesan yang ingin disampaikan dalam puisi ini menjadi mudah ditangkap.
Karena puisi ini bercerita tentang laut, maka imaji yang digunakan adalah imaji visual dan imaji taktil. Imaji visual sangat nampak pada bait keempat dalam puisi ini.
Tumbuhan menghias taman
Hewan laut berkejaran
Banyak ikan menari
Gerakan ikan mengiringi gerakan rumput laut
Gerakan ikan melambai sangat lembut sekali

Dari petikan puisi di atas, nampak jelas pengimajian visualnya. Keadaan kehidupan laut dapat dibayangkan secara visual. Imaji taktil terdapat pada bait kedua, yakni penggambaran laut dari sudut perasaan.
Kehidupan laut sangat indah
Kehidupan laut sangat damai
Kehidupan laut sangat mengagumkan

Keindahan, kedamaian, dan kekaguman merupakan sesuatu yang berhubungan dengan perasaan.
Penggunaan bahasa kias atau majas yang paling dominan adalah personifikasi, yaitu membandingkan antara kehidupan laut dengan kehidupan manusia (makhluk laut dibandingkan dengan manusia). Hal ini nampak pada bait ketiga:
Di laut......
Di laut selalu bagaikan tempat yang asri
Di laut tidak ada rasa iri
Di laut tidak ada manusia dengki
Di laut tidak ada rasa sedih

Analisis Menggunakan Pendekatan Analitik
Rasa iri, dengki, dan sedih, merupakan perasaan yang hanya dimiliki oleh manusia, tetapi kemudian dibandingkan dengan kehidupan laut. Personifikasi juga nampak pada bait keempat /Banyak ikan menari/. Ikan merupakan hewan laut yang dibandingkan dengan manusia. Ikan diumpamakan memiliki sifat seperti manusia, yakni dapat menari.
Bintangku (Sudah)
Oleh Mujayanah*

Oh, bintangku
Imaji visual, kata konkret
Setiap malam engkau berkelip-kelip
Imaji visual, kata konkret
Dari jauh ku memandangmu
Imaji visual, kata konkret
Aku ingin bersamamu
Imaji taktil, kata konkret

Oh bintang
Kata konkret
Engkau tampaknya sangat banyak
Imaji visual
Aku ingin menghitungmu
 imaji taktil
Tapi engkau beribu-ribu bintang
imaji visual

Bintangku yang banyak
Imaji visual,
Ku memandangmu tak bisa tidur
Imaji visual, kata konkret,hiperbola
Awan sudah terlalu gelap
Imaji visual, kata konkret
Sepertinya hujan turun
 imaji visual,kata konkret
Sepertinya bintang tertutup awan
 imaji visual, kata konkret

(parade karya-karya anak 2005, rumahdunia.net)
*) Siswa kelas 6 SD Negeri Sumber Agung Serang dan tinggal di Ciloang
Analisis Puisi dengan Pendekatan Analitik
Berdasarkan analisis puisi bintangku karya Mujayanah, dengan pendekatan analitik dapat diambil kesimpulan bahwa diksi atau gaya bahasa yang digunakan sebagian besar adalah bahasa konkret. Imaji yang digunakan adalah imaji visual (yang dilihat). Sarana  retorika yang muncul adalah hiperbola yang terbukti pada bait pertama baris kedua.
Dari segi bentuk puisi tersebut tidak menggunakan rima yang berpola abab namun menggunakan pola bebas. Hal ini terbukti dari tidak adanya pola sama sekali dari setiap bait yang ada. Sedangkan bentuk larik pada puisi tersebut termasuk bentuk bebas karena tiap bait tidak selalu terdiri dari 4 baris. Hal ini terungkap dari bait pertama yang terdiri 4 baris, bait kedua 4 baris, dan bait ketiga 5 baris.
Puisi bintangku terdapat perulangan bunyi vokal (asonansi). Contohnya pada bait pertama baris ketiga /dari jauh ku memandangmu/ dan keempat /aku ingin bersamamu/. Dari dua baris tersebut terdapat pengulangan huruf vokal u.
Secara umum puisi ini bertemakan tentang keindahan. Sebuah keinginan untuk selalu bersama sang “bintang”. Bintang yang berkelip-kelip di langit dengan jumlah yang sangat banyak. Keindahan dan pesona bintang berangsur lenyap ketika hujan turun, bintang-bintang tertutup awan. Pengarang seakan ingin mengungkapkan sebuah harapan tentang sesuatu hal yang berangsur lenyap.
Analisis Puisi dengan Pendekatan Ekspresif.
            Pada bait pertama diungkapkan bahwa pengarang hanya ingin mengungkapkan apa yang dilihat ketika bintang berkelip-kelip di langit. Memandang bintang yang berkelip-kelip menciptakan sebuah perasaan senang dan gembira, ia merasa nyaman dapat menikmati keindahan kerlipan bintang. Perasaan itu lalu menjelma menjadi perasaan mencintai, ia ingin selalu bersama bintang.
            Pada bait kedua diungkapkan oleh pengarang bahwa bintang yang bertebaran di angkasa begitu banyak, beribu-ribu bintang bahkan lebih. Suasana seperti ini sekali lagi menciptakan sebuah perasaan tertentu. Perasaan yang muncul dari suasana tersebut adalah perasaan penasaran. Perasaan penasaran pengarang terwujud dengan keinginan untuk menghitung bintang-bintang di angkasa. Namun karena begitu banyaknya, keinginan itu hanya sekedar keinginan.
            Pada bait ketiga diungkapkan bahwa pengarang masih mengagumi bintang-bintang yang banyak bertebaran. Kekaguman itu membuatnya berlama-lama sehingga untuk tidurpun tidak bisa. Keindahan bintang di angkasa perlahan mulai lenyap tertutup awan gelap. Ia merasa awan yang menutupi keindahan bintang membawa hujan. Memang awan gelap menutupi kerlip bintang, akhirnya hujan turun.

PENUTUP
            Dari hasil analisis puisi anak-anak dan remaja diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa puisi merupakan sarana ekspresif untuk mengungapkan ide, perasaan dan emosi dari penyair. Hal ini dilakukan untuk menunjukkan eksistansi mereka di tengah masyarakat. 
           





















DAFTAR RUJUKAN

Sarumpaet, Riris K. Toha. 2002. Apresiasi Puisi Remaja: catatan mengolah cinta.Jakarta:Gramedia.
Siswanto, Wahyudi. 2008. Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Grasindo.
Suroto.1989.Apresiasi Sastra Indonesia.Jakarta: Erlangga.
Suyatno,Suyono,dkk.2002.Puisi Indonesia Modern Anak-anak.Jakarta:Pusat Bahasa.
Waluyo, Herman J.2005. Teori dan Apresiasi Puisi. Jakarta:Gramedia.




1 komentar: